"Silakan ujian ulang, silakan ujian ulang, silakan ujian ulang,"
Inilah kata yang dengan mudah diucapkan oleh ketiga pengujiku. Berdengung berkali-kali di kedua telinga. Jika pepatah mengatakan "masuk telinga kanan keluar telinga kiri". Kali ini tak berlaku. Bagiku, perkataan mereka, masuk telinga kanan, terus-terus ke hati, kemudian menginap. Entah sampai kapan.
Sakit, sudah barang tentu. Perasaanku tersayat-sayat. Rasa-rasanya ingin bernyanyi ...oohh kejamnyaaa, lidah tidak bertulanggg ~~
Apa mau dikata dan apa mau dibalas. Dendam pasti terpatri. Mau bagaimana lagi? Hatiku terlanjur kecewa. Hari itu, aku sungguh bersemangat. Selama dua minggu, ketika jadwal sudah ditetapkan oleh Ketua Prodi. Sejujurnya, sebuah dumba-dumba telah menghampiri. Getaran dadaku yg kencang, menyiksaku sepanjang hari hingga pada hari H. Tidur tak nyenyak, makan tak enak, nonton drama pun tak tenang. Kepikiran terus akunya.
"Kira-kira aku akan dibantai tidak yah?", "Kira-kira aku akan ditanyai apa yah?", "Pengujiku kira-kira absen nda yah?", "Apa pengujiku makan anggur atau lengkeng?"
Adu duhhh, pikiranku benar tak karuan. Tapi bagaimanapun, tetap optimis. Aku orangnya yang tak suka setengah-setengah. Selalu mau tampil perfect dalam hal apapun. Apalagi soal presentasi. Yah, meski dengan perasaan yang was-was hingga hari ujian. Aku tetap mempersiapkan segalanya.
Belajar? Tentu. Power point? Kuselesaikan dg sempurna (maklum, kata teman-teman, saya ini spesialis ppt hahahhaha ujub dah). PPT dah kukerja jauh-jauh hari, padahal biasanya tiba masa tiba akal, besok ujian, malamnya baru kerja, misalnya. Pun kusiapkan video sebagai kesimpulan dari penelitianku. Undangan? Kubagi lebih awal. Konsumsi? sudah kusiapkan pula. Intinya, kuprioritaskan diriku agar tak keteteran. Supaya bisa fokus menghadapi ujian.
Hari H. Kurasa-rasa deg deganku berkurang, entah mengapa. Mungkin karena aku merasa sudah sangat matang dan siap. Optimis saja. Aku memang belajar dengan baik. Tak cuek seperti biasanya. Sebenarnya, aku berdoa agar satu pembimbingku tak hadir, tak usah kusebutkan namanya. Beliau saat ujian proposal habis-habisan membantai ku, bahkan tak memberiku celah sedikitpun untuk berbicara. Hari itu juga, aku benar-benar berharap bahwa beliau tak hadir. Namun, tak sesuai ekspektasi. Beliau datang bersamaan dengan penguji yang lain. AHH ! Perasaanku mulai tak enak.
Ujian pun berlangsung. Presentasiku cukup lancar meski agak gugup. Tak apa, yang penting lancar kan yah. Giliran penguji memberikan arahan dan tanggapan. Di mulai dari penguji 1. Beliau prof, inisial A. Terkenal dengan sikapnya yang santai namun cukup mempersulit mahasiswa ketika revisi. Yah, katanya agar tesis tidak dikerjakan abal-abal. Komentarnya cukup banyak, yah biasa, tataran penulisan kalimat dan penempatan titik koma. Jurusan Bahasa Indonesia banget kan. Prof inisial A, terlalui. Aku mulai menghela nafas. Sebenarnya ingin minum, tapi enggan. Komentar selanjutnya, adowh, kalau beliau yang berbicara. Ingin rasanya aku berlari ke pantai dan kuteriak. Baru membuka saja, sudah mendebarkan jantungku. Ia pun mengomentari saaaaaaaangat banyak. Sampai pada akhirnya, beliau menolak penelitianku. SYAKIT AKU TUH.
"Jika Anda tidak bisa membuktikan secara ilmiah mengapa sumber data yang Anda pilih hanya ini, maka mohon maaf, saya tidak akan menerima penelitian Anda dan otomatis harus ujian ulang!" KATANYA BEGITU LANTANG DAN SANGAT JELAS DiDENGAR OLEH RIBUAN PESERTA. (Aku jg terheran-heran, mengapa banyak sekali peserta yg hadir saat sy ujian. Fans juga bukan. Teman ku lebih-lebih bukan. Padahal aku lah org termalas ikut ujiannya org)
"WHAT??????" Aku shock. Ingin menjawab tapi blank. Dalam hatiku hanya bernyanyi ...inginkuu teriaaaaakk. Inginku teriaaaaak~~
Beliau terus menegaskan keinginannya. Kakiku mulai kaku, bibirku pucat, badanku gemetaran, kepalaku pusing. Aku benar kebingungan. Kesalahanku ditemukan. Beliau pun menghentikan komentarnya, lalu dilanjutkan ke komentar prof yang ketiga. Inisial J. Awalnya beliau aman-aman saja, tapi kulihat beliau mendapat bisikan dari sebelahnya.
"Sudah, suru ulangi saja. Beri penguatan," samar-samar aku mendengar kata itu. Perdebatan terus berlanjut. Petjah! Ruangan mulai petjah oleh keinginan penguji yg kekeh kalau aku harus ujian ulang. Prof J yang biasanya membela mahasiswa, malah tak berkutik. Yang ada, beliau juga mengkritikku habis-habisan. Memarahiku karena begitu teledor dengan kesalahan ini. Baik, 3 penguji membombardir abis-abisan. Badanku semakin membeku. Tak bisa berbuat apa-apa.
Sejujurnya, saat mereka terus memojokkanku. Aku ingin sekali berbicara. But, I nerveous and terlanjur menciut nyalinya. Malah diam tak berkutik. Saat aku berbicara, yang ada air mataku akan menetes. Kuputuskan untuk diam. Saat itu, harapanku satu-satunya adalah kedua pembimbingku untuk membela. Namun apa yang terjadi?
Dr T malah memberikan perbaikan pada tesisku. Beliau malah mencari semua kesalahan yang ada pada tesisku. Paaaak, please? Kemarin aku ke rumah mu dan hanya membolak-balik kertas tesisku. Engkau bahkan mengatakan "Yah, ini sudah bagus, sisa permantaf di ujian" lalu kemudian menandatangani lembar pengesahan. Dan sekarang? Dan sekarang engkau malah mengomentari habis-habisan. Hei, engkau pembimbingku bukan pengujiku. Bukannya membelaku? Ahh dalam hatiku kembali bernyanyi ...kemaaaaana kau selama ini? Du du duuu... Sumpah, air mataku sudah sangat ingin terjatuh. Tapi masih ada prof JR. Beliau satu-satunya harapanku. Namuun... mengapa malah negara api semakin menyerang. Beliau lempar batu sembunyi tangan. NOOO! ...kalian suci aku penuhhh dossaaaa~~
"Saya baru lihat penelitiannya juga dan ternyata instrumennya beda sama hasil penelitiannya. Heranka juga kenapa bisa, jarang memang ini anak konsul," KATA PROF JR YANG TERHORMAT.
OH MY GOD! Lima kali loh prof aku konsul. Pertama, kutemui prof di pasca, di koridor. Prof menolakku, karena hasil penelitian yang tidak sesuai dengan keinginan prof. Kedua, saat itu lagi deras-derasnya hujan. Prof mengajar di gedung belakang perpus. Kutunggui prof hingga selesai. Namun masih menolakku. Ketiga, di rumah prof, bimbingan ini cukup lama. Prof masih tidak terima dengan hasil penelitianku. Sebab sangat tidak sesuai keinginan dari prof. Kemudian prof memberiku contoh dan menjelaskannya cukup baik. Aku pun mulai mengerti. Keempat, aku menemui prof di Parangtambung, di ruangannya prof. Dan Alhamdulillah, prof akhirnya menerima hasil ku. Meski belum tanda tangan. Prof berkata "Sedikit lagi ini, perbaiki dulu. Baru hasil. Bawa lagi satu kali," KATA PROF. INI KATA PROF. Kelima, aku menunggu prof di Pasca setelah duhur. Kita bertemu di lobby, sehabis Prof shalat. Saat itulah prof sudah puas dengan hasil ku dan menandatangani lembar pengesahan. Jujur aku merasakan sebuah kelegaan dalam diri. Bahkan hingga kembali ke rumah, aku tak henti-hentinya tersenyum. GILA kali aku ini yah?
LALU?
Semuanya hanyalah kenangan pahit yg tertoreh dan tertancap dalam hatiku. Jikalau saat ACC aku tersenyum tak karuan, sebaliknya saat aku ujian, tangisku pecah. Abang go car nya bahkan terheran-heran karena dia belum pernah ke sana ~~ aduh malah nyanyi.
Aku menangis seharian. Tanpa henti. Satu persatu chat masuk, teman-teman hingga sahabat memberi semangat. Sedikit membantu but, tidak akan membantuku menyelesaikan masalah ini. TIDAK.
Seminggu, dua minggu. Aku meratap sayu. Tak semangat rasanya keluar kamar. Tersenyum di depan teman-teman dan kamera untung sudah jadi keahlianku. Tetap saja. AKU terbayang-bayang perkataan para penguji terhormat dan pembimbing tercinta.
"Apa yg kalian lakukan ke aku itu. JAAAHAAATT!!"
Kini, entah mengapa aku sangat tak bersemangat. Motivasiku luntur dengan sendirinya. Aku benar-benar bingung harus memulai dr mana lagi. Posisiku sulit. Hidupku berasa hancur. Sanking putus asanya. Aku malah daftar kerjaan ke sana kemari. Padahal aku masih menghindari daftar kerja sebelum selesai S2.
Bagaimanapun, aku tetap berpikir positif. Mungkin ada kebahagiaan yang ingin kudapatkan dr cobaan yg kuterima sekarang. Aku hanya meyakini itu. Buah kesabaran itu selalu manis.